Kamis, 22 Mei 2014

Makalah Dasar-dasar Pendidikan Aliran-Aliran Dunia Pendidikan

MAKALAH DASAR-DASAR PENDIDIKAN
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
“Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Ganjil”

Dosen Pengampu:

Kiswan, S.Ag., M.Pd.


Disusun oleh:
Hikmi Aunillah
NIM: 13.07.0443


PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
CIAMS JAWA BARAT

2013




KATA PENGANTAR

      Puji dan syukur saya panjatkan  ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan begitu banyak karunia-Nya kepada saya. Sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan bisa selesai tepat pada waktunya. Shalawat san salam penghormatan semoga tetap terlimpahcurahkan kepada jungjunan kita yakni Baginda Rasulullah Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni dengan adanya Agama Islam. Tidak. lupa kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepaa kita selaku umatnya. Amin.

        Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk diri saya pribadi khususnya, umumnya untuk semuanya.

        Saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulisan makalah ini. Sehingga makalah ini bisa selesai saya buat dan tanpa kendala sedikitpun.



Ciamis, Januari 2014


Penyusun  




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
A.    Latar Belakang Masalah .................................................................
B.     Rumusan Masalah...........................................................................
C.     Tujuan ...........................................................................................
D.    Manfaat .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................
Aliran-Aliran dalam Dunia Pendidikan...................................................
A.    Empirisme.......................................................................................
B.     Nativisme.......................................................................................
C.     Naturalisme....................................................................................
D.    Konvergensi...................................................................................
E.     Progresivisme.................................................................................
F.      Konsrtuktivisme ............................................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................
A.    Kesimpulan....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................



           
BAB I
PENDAHULUAN

       A.    Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Potensi tersebut tidak akan muncul dan berkembangang apabila tidak diasah dengan baik. Dalam prosesnya seseorang perlu dibantu oleh seorang guru yang berpotensi untuk bisa mengenali dan memunculkan bakat yang dimiliki seseorang tersebut.

Dalam dunia pendidikan dikenal dengan beberapa aliran tentang bagaimana perkembangan potensi seorang manusia berlangsung. Ada beberapa tokoh ilmuan yang berpendapat tentang perkembangn manusia. Salah satunya adalah John Lock yang berpendapat tentang aliran pendidikan yang dikenal dengan aliran Empirisme.

         Dalam makalah ini akan dibahas beberapa aliran yang berkenaan dengan perkembangn manusia.
   
       B.     Rumusan Masalah

Berikut adalah beberapa rumusan masalahnya:


  1. Ada aliran pendidikan apa saja dalam dunia kependidikan?
  2. Siapa saja tokoh aliran-aliran tersebut?
  3. Bagaimana pendapat tokoh-tokoh tersebut  tentang alirannya?
  4. Bagaimanakah pengaplikasian aliran-aliran tersebut dalam proses pendidikan?

      C.    Tujuan

Berikut adalah tujuan dibuatnya makalah ini:
  1. Untuk mengetahui macam-macam aliran dalam dunia pendidikan.
  2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam aliran-aliran pendidikan.
  3. Untuk mengetahui pendapat tokoh-tokoh aliran pendidikan tentang alirannya.
  4. Untuk mengetahui pengaplikasian aliran-aliran tersebut dalam proses pendidikan.

      D.    Manfaat


  1. Kita bisa mengatahui berbagai macam aliran dalam dunia pendidikan.
  2. Kita bisa mengatahui para tokoh yang sangat berperan dalam dunia pendidikan.
  3. Kita bisa mengaplikasikan pandangan tokoh tersebut dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam dunia pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN

Aliran-Aliran dalam Dunia Pendidikan

Ilmu pendidikan berasal dari pelbagai ilmu seperti sosiologi, psikologi, dan filsafat. Oleh karena itu, di dalam ilmu pendidikanditemukan berbagai macam aliran.  Adanya beragam aliran ini disebabkan ilmu pendidikan berhubungan dengan manusia yang terus berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Di sisi lain perkembangan manusia itu sendiri menjadi objek studi para ahli, sehingga pendidikan tak pernah luput dari pemikiran para ilmuan.

Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilian yang sesuai. Pendidikan dipandang mempunyai peranan yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan anak.

Namun demikian, dalam sejarah pendidikan dapat dijumpai berbagai pandangan atau teori mengenai bagaimana perkembangan manusia itu berlangsung. Seperti dalam makalah ini akan dibahas berbagai aliran dalam dunia pendidikan.

A. Empirisme

Teori ini mengatakan bahwa hasil pendidikan dan perkembangn bergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak didik selama hidupnya. Pengalaman itu diperoleh di dunia luar dirinya berdasar perangsang yang tersedia baginya. Perangsang itu dapat tersedia dengan sendirinya atau disediakan oleh apapun dan siapapun.

Aliran Empirisme merupakan aliran yang mementingakan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia. Aliran ini menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan yang dibawanya dari semenjak lahir tidak dipentingkan.

Kata Empirisme berasal dari kata empiris yang berarti pengalaman. Tokoh aliran ini adalah John Lock (1632-1074) seorang filsuf bangsa Inggris, yang mengembangkan paham Rasionalisme. Teori ini mengatakan bahwa anak lahir ke dunia dapat diumpamakan seperti kertas putih yang kosong  yang belum ditulisi atau dikenal dengan istilah “tabula rasa” (a blank sheet of peper). Teori ini mengatakan bahwa manusia yang lahir adalah anak yang suci seperti meja lilin. Dengan demikian, menurut aliran ini anak-anak yang lahir ke dunia tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa, sebagai kertas putih yang polos. Oleh karena itu, anak-anak dapat dibentuk sesuai dengan keinginan arang dewasa yang memberikan warna pendidikannya.

Menurut pandangan Empirisme (atau dikenal juga sebagai environmentalism), pendidikan memegang peranan yang sangat penting sebab pendidik menyediakan lingkungan yang sangat ideal kepada anak-anak. Lingkungan itu akan diterima oleh anak sebagai sejumlah pengalaman yang kesemua pengalaman itu telah disesuaikan dengan tujuan pendidikan.

Aliran Empirisme dipandang sebagai aliran yang sangat optimis terhadap pendidikan, sebab aliran ini hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Adapun kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan keberhasilan seseoorang. Aliran ini masih menganggap manusia sebagai makhluk pasif, mudah dibentuk atau direkayasa, sehingga lingkungan pendidikan dapat menentukan segalanya.

        B.     Nativisme

Paham ini menentang paham Empirisme yang dikemukakan oleh John Lock. Nativs (dari bahasa latin) memiliki arti terlahir. Menurut paham ini, dengan tokohnya seorang filsuf  Jerman Schopenhauer (1778-1860), dikatakan bahwa anak-anak yang lahir ke dunia sudah memiliaki pembawaan atau bakatnya yang akan bekembang menurut arahnya masing-masing. Pembawaan tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk. Oleh karena itu, menurut paham ini perkembangan anak tergantung dari pembawaannya sejak lahir. Berdasarkan aliran ini, keberhasilan pendidikan anak ditentukan oleh anak itu sendiri.

Lingkungan termasuk di dalamnya pendidikan, tidak berdaya sama sekali dalam mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Ia berkata “yang  jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik”. Tidak dapat hal itu diubah oleh kekuatan pendidikan. Pendidkan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan bergna untuk perkembangan anak sendiri. Anak akan kembali ke bakatnya. Dengan kata lian aliran Nativisme merupakan aliran pesimisme (murung) dalam pendidikan. Mendidik diartiakan oleh aliran Nativisme sebagai “membiarkan anak tumbuh berdasarkan pembawaannya”. 

Jadi jelas di sini, bahwa menurut teori ini anak tumbuh dan berkembang nya tidak dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan baik lingkungan sekitar yang ada sehari-hari maupun lingkungan yagn direkayasa oleh orang dewasa yang disebut dengan pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan, lingkungan masyarakat, dan orang tua tidak berpengaruhterhadap perkembangan anak karena setiap anak akan berkembang sesuai pembawaannya, bukan oleh kekuatan-kekuatan dari luar.

       C.    Naturalisme

Sedikit bersamaan dengan aliran Nativisme adalah teori yang dikemukakan oleh J.J. Rousseau seorang filsuf Prancis (1712-1778) dengan alira Naturalismenya. Ia berpendapat dalam bukunya Emile bahwa : “Semua adalah baik pada waktu datang dari Sang Pencipta, tetapi semua menjadi buruk di tangan manusia”. Berbeda dengan Schopenhouer, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru lahir mempunyai pembawaan yang baik, tidak ada seorang anak pun lahir dengan pembawaan buruk.

Namun pembawaan baik sejak lahir tersebut menjadi rusak (buruk) oleh tangn manusia. Artinya, malah dapat merusak pembawaan anak yang baik waktu dilahirkan. Berdasarkan pendapatnya tersebut, aliran ini dikenal juga dengan sebutan Negativisme.

Selanjutnya Rousseau mengatakan, anak yang terlahir dalam keadaan baik tersebut biarkan berkembang secara alami. Ini artinya bahwa perkembangan anak yang dipengaruhi oleh pendidikan apakah pendidikan di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat sebagai urun rembuk orang-orang dewasa malah akan merudak pembawaan anak yang baik. Hal ini dikemukakan J.J. Rousseau yaitu: “segala sesuatu adalah baik dari alam, dan segala sesuatu menjadi jelek manakala ia sudah berada di tangan manusia”.

Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat atau bersifat “atrifical” sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat berkembang secara spontan dan bebas. Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaannya, kemampuan-kemampuannya, dan kecenderungan-kecenderungannya. Pendidikan menurut Rousseau, harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali ke alam untuk mempertahankasegala yang baik sebagai yang telah diberikan oleh tangan Sang Pencipta di atas.

Oleh karena itu, di sini jelas bahwa Rousseau tudak berharap pada pendidikan. Dengan kata lain seko;ah tidak perlua ada. Ia menginginkan perkembangan anak dikembalikan ke alam yang mengenbangkan anak secara wajar karena hanya alamlah yang paling tepat menjadi guru.

       D.    Konvergensi

Konvergensi adalah titik pertemuan. Pelopor aliran Konvergensi adalah William Stern (1871-1939). Ia seorang ahli ilmu jiwa berkebangsaan Jerman. Ia mengatakan bahwa seorang terlahir dengan pembawaan baik dan juga dengan pembawaan buruk. Ia pun pengakuai bahwa proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Aliran ini menyampaikan bahwa bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik pun sulit mengembangkan potensi anak secara optimal apabila tidak terdapat bakat yang diperlukan bagi perkembangan yang di harapkan anak tersebut.

Anak pada waktu dilahirkan dibekali dengan beraneka ragam kemempuan dan pembawaan. Maka pendidik wajib menginsyafkannya bahwa pada mereka terdapat berbagi pembawaan yang wajib diketahuinya sendiri, di mana ada pembawaan yang baik dan pembawaan yang buruk. Pendidik wajib menimbulkan kesediaan dan semangat pada anak didik agar dengan kekuatan dan oto-aktivitas sendiri mengembangkan bakat dan pembawaan yang baik yang dimilikinya dan meninggalkan lingkungan yang merugikan karena menghambat perkembangan bakat dan pembawn yang baik dan menyuburkan perkembangn bakat dan pembawaan yang buruk.

Ia harus mencari lingkungan yang sesuai. Misalnya, dalam pergaulan dengan teman, ia harus mampu memilih teman yang menguntungkan bagi perkembangannya dan menjauhi teman yang dapat merugikannya. Pendidik dalam hal ini menolong dengan kegiatan bimbingan dan konseling agar timbul keinginana si anak untuk berbuat baik pada dirinya sendiri.

Sebenarnya, istilah pembawaan tidak hanya berupa potensi atau kemampuan pada waktu lahir saja, tetapi juga situasi dan kondisi pembawaan tersebut dalam suatu waktu. Misalnya, anak dengan pembawaan baik sedang dalam situasi sedih, mungkin mendapatkan hasil yang kurang jika dibandingkan dengan hasil yang diperolehnya dalam keadaan biasa atau tidak sedih.

Kata lingkungan mengandung arti atau meliputi banyak hal seperti: pendidik, pendidikan situasi umum (politik, ekonomi, sosial, budaya, dll), suasana keluarga sekolah, masyarakat, adat istiadat, dan sebagainya. Singkatnya, lingkungan berartisegala hal yang berada di luar dirianak yang dapat mempengaruhi perkembangnnya. Ada bagian lingkungan yang tidak dapat diubah atau dipengaruhi (misalnya iklim), dan ada pula lingkungan yang dapat diubah atau dipengaruhi untuk kepentingan anak didik (misalnya makanan, pakaian, rumah, lingkungan belajar, dll).

Interaksi antara pembawaan dan lingkungan (termasuk pendidikan), ini akan mencapai hasil yang diharapkan apabila anak sendiri memainkan peranan dan partisipasi yang aktif di dalam merencanakan segala pengalaman yang diperolehnya sebagai interaksi antara pembawaan yang dimilikinya dengan lingkungan (termasuk pendidikan) tersebut.

       E.     Progresivisme

Aliran Progresivisme menghendaki adanya pembaharuan dan pandangan dalam pendidikan yang lebih memberikan kebebasan pada siswa. Inti aliran Progresivisme adalah adanya kehendak semangat maju sebab aliran ini percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk berkembang dan ingin sempurna dalam menghadapi lingkungannya melalui penerapan kemampuan pikir dan metode ilmu untuk pemecahan masalah pribadi maupun kehidupan kemasyarakatan.dalam kajian yang ditulis oleh Redjamudyahardjo (2000) dikemukakan bahwa Progresivisme merupakan gerakan pendidikan yang berpusat pada anak yang secara gencar didorong oleh semangat radikalisme. Progresivisme dipelopori oleh Francis W. Parker.

Progresivisme sangat memerlukan dasar filosofi pengalaman dalam interaksi antara individu dengan lingkungannya. Progresivisme tidak mempunyai perangkat tujuan aksternal sebab tujuan yang ingin dicapai adalah pertumbuhan. Pendidik yang sejati adalahguru yang telah terlatih dalam menghubungkan kemampuan dasar pengalaman siswa baik dalam kebutuhan, keinginan, tujuan, kemampuan dan dorongan-dorongannya dengan persyaratan tujuan dari pengalaman.

Aliran Progresivisme menuntut guru yang lebih siap dalam penguasaan materi dan metode untuk menemukan seperti ilmu-ilmu sejarah, matematika, dan bahasa. Metode proyek dari William Heard Kilpatrik merupakan pendekatan belajar multidisiplin.  Karena kelas yang berorientasi pada tujuan kegiatan (Purpsoful activity), maka guru membutuhkan cara bagaimana merangsang siswa dapat berinisiatif, merencanakan dan menjalankan suatu belajar proyek. Demikian juga karena dasar belajar dari metode proyek berpusat pada keterlibatan kelompok maka guru juga dituntut untuk mengetahui cara bagaimana memnfaatkan proses kelompok. Semakin guru menguasai dasar keterampilan metode proyek maka dominasi guru dalam kelas akan semakin berkurang dan sebaliknya akan menjadikan siswa semakin aktif dan tertarik pada pelajaran. Tugas utama guru adalah memberikan pelayana dalam menuntun diskusi, perencanaan dan penyelesaian belajar.

Aliran Progresivisme merupakan salah satu bagian dari gerakan pendidikan liberal yang kemudian melahirkan adanya pendidikan yang menekankan pelajaran resitasi, dan textbook outhority. Aliran ini juga telah berhasil mencobakan variasi pembelajaran melalui rangkaian aktivitas seperti adanya problem solving, metode proyek, serta aktivitas penglaman yang bervariasi. Aliran pendidikan Progresivisme mempunyai ciri seperti: Mentingkan siswa sebagai pembelajar dibanding mementingkan bahan, memntingkan kegiatan aktif dan pengalaman-pengalaman daripada bahan lisan dan keterampilan pikir, memntingkan kerjasama kelompok dalam aktivitas belajar daripada persaingan individu. Dalam masyarakat luas Progresivisme memperhatikan sekali hal yang bertautan dengan prosedur yang demokratik.

      F.     Konstruktivisme

Menurut Von Glaserfeld (1988) pengertian konstuktif kognitif muncul pada abad ke-20 dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun, apabila ditelusuri lebih jauh, gagasan pokok Konstuktivisme sebenarnya sudah dimulai oleh Giambastissta Vico, seorang epistermolog dari Italia (Suparno, 1997).

Pada tahun 1710, Vico dalam De Antiquissima Italorum Sapientia, mengungkapkan filsafatnya dengan berkata, “Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan.” Terkait dengan itu, dia menjelaskan bahwa mengetahui bermakna berarti mengetahui bagaimana membua sesuatu. Ini berarti bahwa seseoraang itu baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur unsur apa yang membangun sesuatu itu. Menurut Vico ,”hanya Tuhan sajalah yang dapat mengerti alam raya ini karena hanya dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa membuatnya.” Sementara itu orang hanya dapat mengetahui segala sesuatu yang telah dikonstruksikannya. Pengetahuan tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu.

Berdasarkan identifikasi “mengetahui sesuatu dengan membuat sesuatu” Vico mengatakan bahwa matematika merupakan cabang pengetahuan tertinggi. Alasannya, orang menciptakan dalam pikiran semua unsur dan segala aturan-aturan secara lengkap dipakai untuk mengetahui matematika. Orang sendirilah yang menciptakan matematika, sehingga orang dapat mengerti secara penuh.sedangkan dalam pengetahuan fisika, terlebih humaniora, manusia tidak dapat mengerti secara penuh. Tuhanlah yang menciptakan mereka. Karena itu, bagi Vico, mekanika adalah kurang pasti daripada matematika, fisika kurang pasti daripada matematika, dan kegiatan-kegiatan manusiawa kurang pasti daripada matematika.dengan cara ini Vico membedakan pengetahuan pengetahuan manusia (Pompa dalam Suparno, 1997).

Kaitannya dengan pembelajaran, menurut teori Konstruktivisme tang mnjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena kreatifitas siswa itu sendiri. Teri ini adalah merupakan peningkatan dari teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget, Vigotsky,dan Bruner. Konsep pembelajaran menurut teori ini adalah suatu proses pembelajaran yang mengondisikan siswa utuk melakukan prises aktif  membangun konsep baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorgsnisasi pengalamannya sendiri menjadi pengatahuan yang bermakna. Jadi,dalam pandangan Konstruktivisme sangat penting peran siswa untuk dapat membangun contructive habits of mind. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir, maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar.

Teori belajar yang mencerminkan siswa memiliki kebebasan berpikir bersifat eklektik. Teori belajar yang bersifat eklektik artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar apapun asal tujuan belajar dapat tercapai. Teori belajar yang mengakomodasi tujuan tersebut adalah teori belajar Humanistik.




BAB III
PENUTUP
A.        Kesimpulan
    
Dalam dunia pendidikan ada berbagai macam aliran dalam mengetahui proses perkembangan manusia yang berkaitan dengan potensi dan bakat yang dimiliki seseorang. Aliran yang pertama muncul adalah aliran Empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa manusia yang lahir kedunia tidak memiliki potensi apa-apa. Yamg mmpengruhi perkembangan potensinya adalah pengalaman yang ia dapatkan dari lingkungan sekitarnya.

Aliran yang kedua adalah aliran Nativisme. Aliran ini muncul sebagai bantahan untuk  aliran Empirisme. Aliran Nativisme berpendapat bahwa anak yang lahir kedunia sudah dengsn pembawaan atau bakatnya masing-masing. Baik itu pembawaan yang baik ataupun pembawaan yang buruk. Apabila pembawaan anak itu baik maka akan selamanya baik. Sebaliknya apabila pembawaan anak itu buruk maka akan selamanya buruk pula. Untuk itu aliran ini dakenal dengan aliran pesimisme.

Lalu ada aliran Naturalisme. Aliran ini menyatakan bahwa pendidikan anak harus diserahkan sepenuhnya kepada alam. Sekolah dianggap tidak diperlukan. Alamlah yang dapat menentukan segalanya, karena alamlah yang paling tepat menjadi guru.

Selain aliran Naturalisme ada aliran Konvergensi. Aliran ini berpandangan bahwa seorang anak yang terlahir sudah membawa pembawaan baik dan pembawaan buruk. Aliran ini menyampaikan bahwa bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat itu.

Aliran Progresivisme adalah aliran yang menghendaki adanya pembaharuan. Aliran ini merupakam gerakan pendidikan yang berpusat pada siswa. Siswa diberikan kebebasan untuk berekspresi dan berpendapat. Guru posisinya hanya sebagai pasilitator. Selain itu ada aliran Konstruktivisme yang menyatakan bahwa yang menjadi dasar siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri.




DAFTAR PUSTAKA



Sukardjo, M. dan Komarudin, Ukim. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers. 

Jumali, M. dkk. 2008. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Pers. 

Artikel Terkait

Makalah Dasar-dasar Pendidikan Aliran-Aliran Dunia Pendidikan
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email